Sunday 22 September 2013

Pendekatan Keterampilan Proses (Belajar dan Pembelajaran)



Pendekatan Keterampilan Proses

            Dalam pencapaian hasil belajar, sering ditemukan beberapa masalah. Contohnya, ada siswa meskipun mendapat nilai yang tinggi dalam beberapa mata pelajaran di sekolah tetapi dia tidak mampu mennerapkan apa yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Para siswa memang memperoleh sejumlah pengetahuan, namun pengetahuan itu diterima sebagai informasi saja. Sementara siswa kurang mempunyai inisiatif dan tidak dibiasakan atau dilatih untuk mendapatkan pengetahuan melalui usaha dan pengalaman siswa itu sendiri. Peran siswa lebih banyak hanya menerima informasi dari guru yang kemudian dihapalkan untuk ujian atau mendapatkan nilai. Sedangkan guru sebagai orang yang menggerakkan terlaksanya proses belajar mengajar tidak menggunakan strategi yang merangsang keaktifan siswa.

A.    Rasional Pendekatan Keterampilan Proses
Alasan yang mendasari perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses adalah sebagai berikut:
1)      Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua informasi dan konsep kepada siswa. Guru hanya dituntut untuk membimbing siswa dalam menemukan informasi dan konsep yang selanjutnya mengolah perolehan tersebut
2)      Anak didik mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak, jika di sertai dengan contoh-contoh yang konkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata.
3)      Anak didik perlu dilatih untuk aktif, kreatif dan inovatif melalui latihan bertanya, diskusi mengamati, mengklasifikasikan, menginterprestasi, memprediksi, menerapkan, menilai, berfikir kritis dan mengupayakan berbagai kemungkinan jawaban.
4)      Pendekatan keterampilan proses memberikan keluwesan dalam belajar dan perbedaan individual anak dapat dilayani dalam kegiatan belajar mengajar.

B.     Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)
Beberapa pengertian PKP yaitu sebagai berikut:
1)      Pendekatan keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar, 1993: 7)
2)      Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
3)      Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta didik.

Jadi dari beberapa pengertian diatas Pendekatan Keterampilan Prosesndapat diartikan sebagai pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada wawasan untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang telah mengaktifkan siswa yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa itu sendiri.
Keterampilan proses terdiri dari beberapa keterampilan diantaranya yaitu: mengamati, mengklasifikasikan, menginterprestasikan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.

C.     Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam penerapan PKP
Sebelum menetapkan PKP guru harus terlebih dahulu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Sebelum pelaksanaan PKP, guru menyusun program sedemikian rupa sehingga menunjang CBSA dengan kadar tinggi.
b.      Perlunya pengorganisasian kelas yang memungkinkan terciptanya sarana interaksi belajar mengajar yang mendorong siswa untuk aktif. Seperti pengaturan siswa, pengaturan tempat duduk, pengaturan bahan dan alat yang digunakan dalam pembelajaran
c.       Memilih metoda dan media yang dapat menunjang aktifitas siswa dalam belajar.
d.      Evaluasi yang dilakukan hendaknya mencakup evaluasi proses dan hasil belajar siswa secara komperatif.

D.    Peranan Guru dalam Penerapan PKP
Dalam penerapan Pendekatan Keterampilan proses, peranan guru adalah sebagai berikut:
1)      Guru membimbing dan mendidik siswa untuk lebih terampil dalam menggunakan pengalaman, pendapat, dan hasil temuannya. Dengan cara menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti dengan alat peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2)      Guna menghidupkan suasana belajar yang kondusif sehingga mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif. Dengan merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
3)      Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang sehingga siswa terdorong untuk meneliti dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
4)      Guru memancing keterlibatan siswa dalam belajar. Seperti meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5)      Guru harus memberikan semangat yang tinggi kepada siswa dalam mengajar.
6)      Guru melakukan komunikasi yang efektif dan memberikan informasi yang jelas, tepat, dan tidak samar-samar pada siswa. Seperti mengkomunikasikan hasil kegiatan kepada siswa dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.
7)      Guru mendorong siswa untuk dapat menyimpulkan suatu masalah, peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

E.     Model-model Mengajar dalam Pendekatan Keterampilan Proses
Model mengajarkan merupakan proses dan prosedur pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar siswa. Model tersebut didasarkan kepada teori instruktisuional yang digabungkan dengan pengalaman lapangan di sekolah. Menurut Nana Sudjana, model-model tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Model Dengar-Lihat-Kerjakan (DeLiKan)
Model ini dapat digunakan untuk menyampaikan bahan pengajaran yang sifatnya fakta dan konsep. Aktivitas mental siswa dalam penggunaan model mengajar ini adalah mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan, menyimpulkan dan menerapkan.
Prosedur pengguanaan model Delikan adalah sebagai berikut:
(1)   Pra Instruksional: absensi siwa, kegiatan apresepsi, informasi pokok-pokok bahan pengajaran, informasi kegiatan belajar yang akan dilakukan
(2)   Instruksional:
Ø  Dengar: siswa menyimak bahan pengajaran yang dijelaskan oleh guru, bertanya kepada guru bila belum jelas
Ø  Lihat: siswa melihat peragaan guru, contoh-contoh yang dibuat oleh guru, membaca buku dan lain-lain
Ø  Kerja: siswa mengajarkan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
(3)   Evaluasi:
Ø  Proses: bimbingan guru, pemantauan belajar, perbaikan belajar
Ø  Hasil: pemeriksaan hasil belajar, pengajuan pertanyaan
Ø  Kesimpulan atau rangkuman: guru dan siswa membuat kesimpulan
(4)   Tindak Lanjut: penugasan dan pengayaan belajar.

b)      Model Mengajar Pemecahan Masalah (Permas)
·         Pola kegiatan pembelajaran ini mengandung aktivitas belajar siswa yang cukup tinggi, tepat digunakan untuk mengajarkan konsep dan prinsip. Aktivitas mental yang dapat dijangkau melalui model ini anatara lain adalah mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan, menyimpulkan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, menilai dan meramal. Model ini menggunakan pendekatan interaksi sosial. Mengutamakan aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah, baik individual maupun kelompok.
·         Penyusunan satuan pertanyaan hampir sama dengan model lain. Yang perlu diperhatikan adalah menyusunan dan mengorganisasi bahan ajar. Urutan kegiatan belajar dimulai dari klasikal (menyampaikan informasi) kemudian kegiatan individu (mencari jawaban), dilanjutkan dengan kegiatan diskusi dan diakhiri dengan kegiatan klasikal kembali.
Prosedur pengguanaan model Permas adalah sebagai berikut:
(1)   Pra Instruksional: absensi siwa, kegiatan apresepsi, informasi pokok-pokok bahan pengajaran, informasi kegiatan belajar yang akan dilakukan
(2)   Instruksional:
Ø  Guru memberikan informasi umum pengajaran dan perumusan masalah untuk dipecahkan oleh siswa
Ø  Setiap siswa mencari jawaban pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Ø  Siswa mengambil masalah yang sama dihimpun dalam satu kelompok (3-5 orang) dan diskusi dalam kelompok mengkaji jawaban pemecahan masalah
Ø  Laporan hasil diskusi dan hasil pengamatan kelompok.
(3)   Evaluasi:
Ø  Evaluasi proses diskusi dan hasil pengamatan kelompok
Ø  Pengambilan kesimpulan
(4)   Tindak lanjut: pemberian tugas dan pengayaan

c)      Model Mengajar Induktif
·         Model kegiatan pembelajaran yang dikembangkan melalui cara berfikir induktif yaitu menarik kesimpulan dari fakta menuju kepada hal umum. Model ini menekankan pentingnya pengalaman lapangan seperti mengamati gejala dan mencoba suatu proses, kemudian baru mengambil kesimpulan atau generalisasi sesuai dengan prinsip dan konsep dalam keilmuan.
·         Petunjuk pembuatan satuan pelajaran:
Ø  Waktu paling sedikit 2 jam pelajaran
Ø  Rumusan tujuan mencakup penyusunan bahan ajar dan keterampilan proses
Ø  Bahan pengajaran terdiri dari konsep materi, fakta, peristiwa, gejala yang akan diamati oleh siswa dan topik atau masalah yang akan didiskusikan
Ø  Urutan belajar siswa: menerima informasi, kekunjungan lapangan atau laboraturium kediskusikan kelompok ke melaporkan hasil diskusikan oleh kelompok dan merangkumnya sebagai kesimpulan diskusi kelas
Ø  Penilaian : penilaian proses selama kegiatan berlangsung dan penilaian hasil belajar setelah pelajaran selesai

d)     Model mengajar deduktif
·         Pola belajar mengajar yang didasarkan atas cara berfikir deduktif adalah menarik kesimpulan dari pernyataan umum menajadi pernyataan khusus, dari konsep teori menjadi fakta
·         Petunjuk pembuatan satuan pelajaran. Satuan pelajaran model pembelajaran deduktif tidak berbeda dari prinsip dengan satuan pelajaran model pembelajaran deduktif. Perbedaan hanya terletak dalam menentukan urutan KBMnya. Perbedaan model pembelajaran induktif dengan induktif adalah:
ü  Model pembelajaran induktif: mulai dari kegiatan empiris melalui gejala peristiwa atau proses di lapangan atau di laboratorium dan diakhiri dengan generalisasi/penemuan
ü  Model pembelajaran deduktif: dimulai dari pembahasan konsep dan prinsip menuju pembuktian empiris di lapangan atau laboratorium.

e)      Model mengajar gabungan deduktif induktif
·         Pola BM yang menggabungkan penggunaan kedua model ini dalam satu proses pembelajaran. Tahap pertama menggunakan pendekatan deduktif, kemudian dilanjutkan dengan pendekatan induktif.
Ø  Pendekatan deduktif menekankan konsep dan prinsip bahan pengajaran secara teoritis, berdasarkan prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah
Ø  Pendekatan induktif menekankan kajian bukti-bukti empiris dari konsep dan prinsip di laboraturium atau dengan alat sederhana atau dalam bentuk pemecahan masalah

·         Petunjuk pembuatan satuan pelajaran.
KBM yang ada dalam satuan pelajaran harus mangandung:
(1)   Penjelasa maslah dan gejala oleh guru, supaya siswa memahami ruang lingkupnya
(2)   Penelaah buku sumber : informasi untuk mendukung memecahkan masalah
(3)   Pembahasan atau penelaah masalah dan gejala berdasarkan pengetahuan ilmiah
(4)   Mencari jawaban dan pembuktian masalah dan gejala berdasarkan konsep dan prinsip pengetahuan ilmiah dengan melalui diskusi, praktikum atau pengamatan lapangan
(5)   Klasifikasi TIK-nya mengandung unsur kognitif  tingkat tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi

2 comments:

  1. Maaf mau tanya, apakah kamu punya buku ttg keterampilan prose?. bisa kasih tau judul dan pengarangnya? mohon bantuannya untuk bikin skripsi. makasih

    ReplyDelete