RESUME
WAWASAN
TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN
FILSAFAT PENDIDIKAN
Pengertian
(definisi) tentang Filsafat Pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli,
1) Al-Syaibany,
filsafat
pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat
tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses
pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai
dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat
pendidikan dan pengalaman kemanusian merupakan faktor yang integral atau satu
kesatuan.
2) Barnadib,
filsafat
pendidikan yakni ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Karenanya, dengan bersifat
filosofis, bermakna bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu
analisa filosofis terhadap bidang pendidikan.
3) Omar
mohammad al thourbani, Filsafat pendidikan adalah sebagai
aktivitas pemikiran yang diatur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan
untuk mengatur,menyelaraskan memadukan proses pendidikan.
Jadi,
Filsafat pendidikan yaitu filsafat yang dituangkan sesuai dengan masalah
pendidikan yang ada dalam penglihatan pihak yang menerapkan pendidikan itu. Filsafat
pendidikan yaitu ilmu yang membahas tentang masalah-masalah pendidikan secara
mendalam dan sistematis serta menyeluru, baik yang mencakup asas dan
tujuan maupun mengenai masalah-masalah yang menyangkut dengan
kurikulum,metode, alat, faktor pendidikan dan mengintegrasikan semua ilmu
pengetahuan yang menjadi dasar pendidikan.
Pendidikan
adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa
aliran filsafat pendidikan;
1. Filsafat
pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
2. Filsafat
pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
3. Filsafat
pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita
yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal;
menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis.
Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan
dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial
yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
B. SUBJEK/OBJEK
FILSAFAT PENDIDIKAN
Berfikir
merupakan subjek dari filsafat
pendidkan akan tetapi tidak semua berfikir berarti
berfilsafat. Subjek filsafat
pendidikan adalah seseorang yang berfikir/ memikirkan hakekat
sesuatu dengan sungguh dan mendalam
tentang bagaimanan memperbaiki pendidikan.
Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran
filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan
manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat
pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan
meliputi:
a.
Merumuskan secara tegas sifat hakikat
pendidikan (The Nature of Education).
b.
Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai
subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
c.
Merumuskan secara tegas hubungan antara
filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d.
Merumuskan hubungan antara filsafat,
filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
e.
Merumuskan hubungan antara filsafat
negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem
pendidikan).
f.
Merumuskan sistem nilai norma atau isi
moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan
demikian dari uraian tersebut diproleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi
obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhungan
dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu
dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
C. RUANG
LINGKUP FILSAFAT
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian
dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
a)
Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam
permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan
hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan
perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
b)
Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang
asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya.
Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan
alam semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme) ataukah dua zat
(dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam
semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini disebut materialisme
Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Muzayyin
Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki
arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal)
tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama
Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang
relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan
Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti
masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
Dalam
rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang
pendidikan terutama pendidikan Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran
kefilsafatan pada umumnya. Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan
sebagai suatu ilmu adalah:
a)
Pemikiran kefilsafatan harus bersifat
sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang
hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara
sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
b)
Tinjauan terhadap permasalahan yang
dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut
persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
c)
Ruang lingkup pemikirannya bersifat
universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang
menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan
yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang
maupun masa mendatang.
d)
Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih
bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan
pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam),
akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif
oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang
dipikirkannya.
No comments:
Post a Comment