Komunikasi
Sosial Budaya Indonesia dan Karakter Warga Negara Baru Yang Pluralistik Untuk
Menciptakan Iklim Kelas dan Sekolah Sebagai Laboratorium Demokratis
A.
Konsep
komunikasi sosial budaya Untuk Menciptakan Iklim Kelas Ddan Sekolah Sebagai
Laboratorium Demokratis
Komunikasi Sosial
adalah mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri,
untuk kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketergantungan, antara lain lewat komunikasi yang
menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi sosial
kita bisa berkerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar,
perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk
mencapai tujuan bersama.
Masyarakat
Indonesia saat ini cenderung untuk sulit menerima perbedaan budaya yang ada
dalam negeri tetapi mudah menerima budaya dari bangsa-bangsa asing yang mungkin
kurang cocok dengan kepribadian bangsa kita sendiri. Strategi untuk
menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh kesalahpahaman antar budaya yaitu
dengan menerapkan komunikasi antar budaya.Komunikasi antar budaya adalah
“komunikasi antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara
berprilaku kultural yang berbeda.”
Adapun
bentuk-bentuk komunikasi budaya di Indonesia antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Komunikasi
antar budaya, misalnya antara orang berbudaya Jawa, Tionghoa, Sunda, Batak, dan
Papua.
b. Komunikasi
antar ras yang berbeda, biasanya juga disebut komunikasi antar ras, misalnya
antara orang ras melayu, mongolia, dan negro.
c. Komunikasi
antar kelompok etnis yang bebeda, dan biasa disebut komunikasi antar etnis
misalnya etnik sunda, batak, jawa, sasak, bugis dan dayak.
d. Komunikasi
antara kelompok agama yang berbeda, misalnya Islam, Kristen, Budha, dan Hindu.
e. Komunikasi
antar bangsa yang berbeda, misalnya orang Indonesia dengan orang Amerika,
Inggris, Belanda, Jerman, Cina dan lain sebagainya.
f. Komunikasi
antara subkultur yang berbeda, misalnya dokter, pengacara, guru, tukang becak
dan lain sebagainya.
g. Komunikasi
antara subkultur yang eksklusif, misalnya kaum golongan homoseksual dengan kaum
manula.
h. Komunikasi
antara jenis kelamin yang berbeda, misalnya antara laki-laki dengan perempuan.
Cara komunikasi
antar budaya dipengaruhi oleh budayanya masing-masing. Oleh karena itu harus
dapat dimanfaatkan untuk memperkaya diri dalam rangka mengenali budaya
Adapun hambatan-hambatan yang harus dihadapi dalam
melaksanakan komunikasi antarsosial budaya adalah sebagai berikut.
1) Etnosentrisme
yaitu prilaku kesukuan yang sempit akan menjadi kendala dalam memahami dan
melakukan komunikasi antar budaya.\
2) Rasa
kedaerahan yang berlebihan juga akan menghambat komunikasi antar budaya, dimana
orang “mencintai” daerahnya secara berlebihan.
3) Persepsi
yang keliru tentang otonomi daerah yaitunya berlakunya otonomi daerah
ditafsirkan oleh penguasa daerah hanya untuk memakmurkan daerahnya dan rakyat
yang berada dan berasal dari daerah itu sendiri.
4) Fanatisme
sempit yaitu menganggap agama di luar yang “saya ” anut tidak baik dan
kedudukannya lebih rendah.
Adapun
beberapa cara untuk mengatasi hambatan tersebut adalah :
(1) Menanamkan
kesadaran bahwa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai golongan
sosial budaya yang beraneka ragam. Dan ini adalah kekayaan bangsa Indonesia
yang tak ternilai.
(2) Meningkatkan
kesadaran, walaupun kita hidup dalam keberbedaan namun kita memilki persamaan
yaitu sebagai warga negara Indonesia yang memiliki kewajiban dan hak yang sama,
memiliki kesamaan dalam hukum, memiliki derajat yang sama sebagai makhluk
Tuhan.
(3) Menyadari
bahwa kita juga warga dari kelompok sosial budaya tertentuyaitu sebagai warga
negara Indonesia bahkan warga dunia. Oleh karena itu pada hakekatnya setiap
manusia adalah saudara dan keluarga dari manusia yang lain.
(4) Mengembangkan
cara berpikir positif, dan menghindari berpikir negatif. Perbedaan sosial
budaya adalah kekayaan khasanah budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita
harus saling mendukung, mendorong dan bahu membahu mencapai masyarakat Karakter
warga negara Indonesia yang baru.
B.
Karakter
WNI baru yang Pluralistic Untuk Menciptakan Iklim Kelas Ddan Sekolah Sebagai
Laboratorium Demokratis
Warga negara
merupakan bagian dari suatu masyarakat dan bangsa. Karakteristik suatu
masyarakat dan bangsa akan diwarnai oleh karakteristk warga negaranya. Maka
untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa, terlebih dahulu harus membangun
karakter warganya. Di dalam membangun warga negara Indonesia yang mampu di
bertahan di era globalisasi ini maka pendidikan memiliki peran yang sanga
penting sekali. Untuk itu melalui pendidikan diharapkan setiap warga Indonesia
memilki kemampuan, kreatifitas, dan keterbukaan. Selain itu warga masyarakat
harus terbebas dari rasa ketakutan, dan bebas berkreasi untuk menyumbangkan
kemampuannya dalam pembangunan negaranya.
Menurut HAR Tilaar
(1998), masyarakat yang kita cita-citakan adalah masyarakat teknologi,
masyarakat terbuka, dan masyarakat madani. Masyarakat teknologi adalah suatu
masyarakat yang bukan hanya melek teknologi, tetapi juga mampu berpartisipasi
aktif dalam kehidupan. Masyarakat terbuka adalah masyarakat, yaitu masyarakat
yang mampu menyumbangkan kemampuannya dan mampu berkreasi untuk peningkatan
mutu kehidupan masyarakat dan bangsanya. Sedangkan masyarakat madani adalah
masyarakat yang saling menghargai satu sama lainnya, yang mengakui hak-hak
manusia yang menghormati prestasi dari para anggota sesuai dengan kemampuan
yang dapat ditunjukkan bagi masyarakatnya, serta memegang teguh etika
pergaulan. Untuk mencapai masyarakar yang seperti itu maka diperlukan manusia
yang menghargai perbedaan dan dapat hidup dalam suatu perbedaan. Menurut Deddy
Mulyana, yaitu “Manusia antar Budaya”, yaitu seorang warga negara yang
mencintai sesama warga negara tanpa memandang latar belakang sosial budaya.
Yang dimaksud dengan manusia antar budaya adalah manusia yang berpikir,
bersikap, dan beprilaku sebagai manusia yang menghargai, menghormati dan mampu
berkounikasi dengan sesamanya dan hidup damai dalam masyarakat majemuk,
masyarakat yang berbhineka tunggal ika.
Manusia antarbudaya
yang menjadi ciri warga Indonesia adalah tetap memilki ciri dan identitas
budayanya sendiri, tetapi ia dapat hidup dan bergaul dalam masyarakat yang
berbeda-beda budaya. Karakter warga negara Indonesia yaitu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Mencintai
sesama manusia, keluarga, masyarakat, manusia, bangsa dan tanah airnya
c) Menghormati
sesama warga negara tanpa membedakan latar belakang social dan budayanya.
d) Dapat
hidup bersama dalam masyarakat majemuk yang terdiri atas perbedaan
budaya, etnik, agama, istiadat, dan sebagainya.
e) Toleransi
keagamaan.
Di dalam pendidikan
dikenal istilah “pendidikan pluralistik”, yaitu suatu pendekatan yang digunakan
dalam pendidikan yang siswa terdiri dari beragam sosial budaya, dan hidup pada
lingkungan yang terdiri dari kehidupan yang beragam pula. Pendidika pluralistik
dalam pendidikan tidak bermaksud untuk menyamakan budaya yang sangat beaneka
ragam melainkan untuk memberi bekal pengetahuan dan pengalaman pada siswa bahwa
kita berbeda sosial dan budayanya.
Pendidikan
pluralistik memiliki 2 makna. Pertama sebagai sebagai sumber yang bahan belajar
di sekolah, yaitu memberikan pengetahuan tentang keaneragaman budaya Indonesia.
Kedua menerapkan pendekatan pluralistik dalam proses embelajara, yaitu
pendekatan yang digunakan dalam memperlakukan siswa yang terdiri atas golongan
sosial budaya.
Pendidikan
pluralistik dilakukan dengan 3 jalur yaitu pendidika dalam keluarga, di
masyarakat dan di sekolah. Dengan kaitannya dengan ini Yose Ortega mengatakan
bahwa sekolah merupakan cermin masyarakatnya, apabila rusak masyarakatnya maka
rusak pulalah sekolah (Zamroni, 2001). Oleh karena itu perbaikan atau
pembentukan karakter warga negara melalui pendidikan di sekolah harus diimbangi
dengan pendidika di masyarakat.Materi komunikasi antar budaya ini di
integrasikan dalam pelajaran PKn adapun pokok bahasannya adalah sebagai berikut
persatuan dan kesatuan, Cinta tanah air, Persamaan
derajat, Persamaan hak dan kewajiban, Kerukunan, Keadilan dan Gotong royong
Dalam
pembelajaran PKn ada dua strategi, yaitu pertama komunikasi sosial budaya
sebagai substansi dan sumber belajar, dan kedua menggunakan pendekatan
pluralistik dalam proses pembelajaran, yaitu dengan memperlakukan siswa yang
berbeda latar belakang sosial budayanya dalam proses pembelajaran.
Dalam
proses pembelajaran PKn SD, sebagaiman halnya pada pembelajaran umumnya
diarahkan pada aktivitas siswa (student centered) yaitu menciptakan suasana
kelas yang hidup dan demokratis. Untuk mengenali ciri bahwa suasana kelas
demokratis bahwa guru tidak lagi menjadi faktor
yang sangat dominan di kelas, siswa bebas mengeluarkan pendapatnya,
serta adanay pembahasan isu dan masalah yang terjadi di masyarakat
(controversial issues) dalam pembelajaran PKn yang terkait dengan materi
komunikasi social budaya dapat dilakukan melalu dua strategi yaitu :
1.
Komunikasi
Social Budaya sebagai Materi Pelajaran
Dalam proses
pembelajaran siswa dilatih untuk berpikir kritis, analitik, dan demokratis
sehingga mereka dapat menemukan konsep, prinsip, dan nilai, yang berkitan
dengan budaya, dengan landasan kebersamaan dan persatuan. Untuk ini dapa
dikembangkan berbagi teknik pembelajaran yaitu :
a. Studi
kasus
Studi kasus
merupakan teknik dalam pembelajaran yang berusaha utuk mendapatkan gambaran
lengkap tentang suatu kasus atau masalah, dengan menemukan factor penyebabnya
dan penyimpangan dari nilai yang sesungguhnya. Dengan mempelajari ini siswa
diharapkan dapat :
(a) Memahami
suatu peritiwa atau kasus sebagai suatu masalah yang perlu disikapi, sebagai
masalah bersama sehingga dapat menemukan solusi yang efektif.
(b) Menemukan
manfaat bagi kehidupan selanjutnya dengan belajar dari penglaman dengan kasus
(c) Mengidentifikasikan
berbagai masalah bersama solusinya sebagai bahan untuk kasus lain yang serupa.
Untuk
meningkatkan efektikfitas pelaksanaan studi kasus ini maka peran guru adalah
sebagai berikut :
a) Membuat
dan menggambarkan contoh-contoh kasus, secara tertulis baik dalam lembar kertas
ataupun papan tulis guru dapat membuat beberapa contoh kasus yang berbeda-beda
untuk setiap kelompok siswa.
b) Membentuk
kelompok belajar yang terdiri dari 3-4 oarang siswa.
c) Memfasilitasi
dan mengarahkan diskusi siswa untuk menganalisis dan mengkaji kasus.
d) Meminta
setiapkelompok untuk untuk mempresentasikan hasil diskusi sehingga kelompok
lain dapa menanggapi bertanay dan memberikan masukan.
e) Meminta
murid untuk membuat kesimpulan, memberikan komentar;
f) Memberkan
tanggapan, pendalaman, pengayaan atau pengurusan terhadap diskusi siswa.
b. Cerita
Daerah
merupakan bahan
kajian yang bermanfaat untuk mengenali budaya suatu daerah. Dengan mengenali
cerita atau legenda kita dapat menarik manfaat terutama melatih berfikir untuk
mengenali dan menyelami nilai moral dan norma yang dimiliki dalam budya daerah.
Selain itu juga juga dapat belajar dari tokoh dalam cerita bagaimana tentang
bersikap, bertindak dan berperilaku dalam menghadapi situasi tertentu.sehingga
dari cerita semacam itu kita dapat mengetahui : Asal muasal suatu cerita, Filsafat
hidup suatu daerah, Nilai budaya daerah dan Nilai kepahlawanan
c. cerita
tentang para pahlawan
setiap daerah
memiliki pahalawan masing-masing, baik pahlawan dalam tingkat lokalmaupun
nasional, bahkan internasional.semua phalawan ini berjuang untuk membebaskan
daerah mereka dari penjajahan. Mereka berjuang tanpa pamrih, rela berkorban
bukan hanya harta dan pangkatnya tetapi juga nyawanya untuk mencapai satu
tujuan yaitu kemerdekaan.
Keuntungan dari
mempelajari pahlawan ini adalah siswa dapat mengenali pahlawan daerahnya dan
juga pahlawan dari daerah lainnya. Meneladani kepahlawanan dari dari para
pahlawan tersebut, mengambil nilai tentang usaha memperjuangkan
kebersamaan,persaan derajat,persatuan dan kesatuan bangsa.
2.
Pengelolaan
kelas
Untuk
mempelajari dan menghayati keragaman budaya serta melatih kesadaran sikap serta
perilaku suswa untuk menghargai, menghormati dan mencintai keragaman budaya
dapat dilakukan melalui pengelolaan kelas yang pluralisme sehingga sebelum
siswa mempelajari keragaman social budayasecara luas maka ia dapat mempelajari
keragaman latar belakang budaya dari teman sekelasnya atau sekolahnya.
Pengelolaan
kelas yang mencerminkan kebersamaan dan keragaman budaya ini dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Tempat
duduk siswa diatur secara bercampur dan berganti-ganti dalam kurun waktu
tertentu misalnya anak petani didekatkan dengan anak pegawai negeri, anak orang
kayaditempatkan dengan siswa dari orang kebanyakan atau siswa pria ditempatkan
dengan siswi wanita.
b. Apabila
ada siswa dari etnik lain, diatur penempatannyadan penugasannya agar menyatu
dengan yang lain.
c. Pembentukan
kelompok belajar juga harus mencerminkan pembauran etnik atau budaya.
Perlakuan guru seperti ini adalah
melatih siswa untuk bergaul dengan sesame siswa tanpa meluhat latar belakang
social budaya mereka.memberikan
perlakuan seperti ini adalah dalam rangka melatih siswa untuk belajar bukan
saja berkomunokasi antar budaya, tetapi juga belajar menyelami budaya, adat dan
kebiasaan siswa lain yang berbeda budayanya.
DAFTAR
RUJUKAN
Asmania,
Bahar. 2009. Pengetahuan kewarganegaraan. Padang : Sukabina Press.
Kaelan
M.S. 2000. Pancasila dan kewarganegaraan. Yogyakarta : Kedaulatan Rakyat.
Udin
S. Winataputra,dkk.2006. Materi dan
Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
No comments:
Post a Comment